Thursday, July 9, 2015

aku (mungkin) gagal

Tunggu aku di sana. Maaf hanya dapat mengatakannya tanpa pernah mebuktikannya.
Tapi ketahuilah ketika aku mengucapkan/menuliskan kalimat tersebut, kalimat tersebut telah datang dari relung hati paling dalam. Dan ketika di permukaan. Dia hadir penuh harap mencoba menjadi semangat dalam setiap usahaku menuju 'ke sana'.
Setiap hari lagu Go to the Distance-nya Michael Bolton selalu aku putar. Seolah-olah setiap nadanya mengantarkanku kepada tempat di mana ku harapkan segala angan dapat terwujud. Di suatu tempat yang aku anggap suatu titik ke 99% dekat dengan 100% kemudian complete.
I'll be there someday, I can go the distance...
Seperti itu sebait lirik lagu dari Michael Bolton. Yang selalu membuatku semakin cepat untuk berlari. Semakin lebar dalam mengambil langkah.

Sampai akhirnya aku tersadarkan akan kenyataan. Bahwa aku belum berhasil... and some people told me that I'm not failed. And I wish so.... Aku kehilangan kaki untuk melangkah, bahkan tenaga untuk sekiranya mampu bangkit. Kenyaaan menguras habis semua energy dalam saraf-saraf penggerak tubuhku. Mau nggak mau aku harus segera mengakui kegagalanku.

Ketika kata-kata penyemangat menghujaniku.Aku tersada bahwa disela skenario terburuk (tentu saja skenario terburuk menurutku) terjadi Allah masih memberikanku sesuatu untuk aku syukuri. Teman yang selalu mendampingiku buka hanya saat aku bahagia, tetapi di saat aku butuh uluran tangan mereka. Yang terpenting keluarga, mereka yang tidak pernah mengabsenkan namaku dalam setiap bait doanya. Mama yang selalu mengharapkan yang terbaik dan selalu meridhoi setiap jalan pilihanku. Papa yang diam-diam menyimpan perhatiannya yang tak pernah terungkapkan dengan kata-katanya.

Seandainya aku tidak gagal. Aku tidak akan pernah tau siapa teman-temanku yang sudi mengulurkan tangannya. Lebih dari itu aku tidak akan pernah sadar bahwa orang tuaku selalu mendukung apa pun pilihanku. Aku tersadar bahwa orangtuaku selalu mencoba memahami setiap angan yang tak pernah aku jelaskan pada mereka. Syukurlah Allah tidak terlalu telat membuatku sadar. Bahwa aku terlalu sering menyia-nyiakan waktuku dan orang-orang di sekelilingku.'

Tentang kegagalan. Setelah aku pikir-pikir. Ini hanya masalah siapa yang melihat. Mungkin memang di mata orang lain bahkan diriku sendiri. Aku gagal. Tapi semoga aku tidak gagal di mata Sang Pemberi Ujian. Karena ujianku baru di mulai dan pengumumannya masih kelak di akhirat.

Mungkin juga aku tidak dapat mencapai tujuanku. Memilukan memang ketika kita gagal. Tapi aku mencoba untuk lekas mencari pintu lain yang sudah terbuka untukku masuki.

Karena setiap usaha selalu membuahkan hasil dan ketika aku gagal. Bukan berarti aku tidak mendapatkannya. Mungkin kalimat selalu ada hikmah di setiap permasalahan terlalu classic, tapi nyatanya kalimat tersebut yang menyadarkanku. Bahwa sudah sepatutnya aku tetap bersyukur atas setiap apa yang diberkan Allah. Termasuk ujian-Nya. Karena hanya dengan bersyukur aku masih tetap dapat bertahan bahagia dengan sesedarhana mungkin.

Sampai jumpa nanti. Kalimat ini kalimat penuh harap. Mohon doakan semoga kelak dapat bertemu dengan segala impian yang jadi nyata.

sincerely, yang pernah gagal SBMPTN