Tuesday, May 14, 2013

Kami Rindu Kedamaian


wait 
“When I was little my life full of peace, and I miss it so much”
Ada hal yang sekarang hilang dari hidup kami, dari negara kami, dari dunia kami, dari bumi di mana tempat kami berpijak ini.
Semua terjadi setelah kami mulai tau apa hidup, kami mulai mengerti apa yang terjadi di negara kami, kami mulai melihat bagaimana dunia kami, dan melihat hancurnya bumi kami.
Semua orang bermusuhan seakan tak ada kata damai lagi di dunia ini. Aku dengan teman-teman ku. Kami dengan mereka. Dia dengan mereka atau mereka dengan dia atau aku, kamu dengan dia dan dia. Rakyat dengan pemerintah, bumi dan manusia, dan yang terpenting dunia mungkin bermusuhan dengan kedamaian.
Mungkin dari dulu, tapi aku baru merasakannya. Atau hanya pada masa ini saja. Ntah aku juga tidak tau atau bahkan sama sekali tidak mengerti. Tapi yang ku rasakan sekarang hanya keasingan, ketidak pengertian, ketidak indahan, dan ketidak damaian, semua bermusuhan. Tlah ku coba membuatnya terlihat indah dan damai tapi tidak bisa.
Aku dan mereka mungkin sudah lelah dengan kata maaf yang saling kami katakan. Rakyat juga sudah muak dengan janji-janji pemerintah yang tak kunjung terealisasi. Bumi lelah mendengar para pecinta hutan memohon pada mereka yang merusak untuk berhenti, bumi lelah dunia lelah dan semua sudah nampak diujung-ujung kebosanan.
Kenapa tak sekalian kita buat dunia ini hancur saja? Bersama kita sudah tidak bisa, semua egois dan hanya memikirkan apa yang mereka anggap benar. Semua berpikir ‘akulah yang paling benar’ bukankah di atas langit masih ada langit? Tuhan kah kita? Bukan tentunya. Lalu mengapa kita berpikir kita yang paling benar, mengakui kesalahan seakan menjadi suatu dosa yang tak akan terampunkan. Bukan kah Tuhan kita maha pengampun dan maha pemaaf? Lalu siapa yang membuat itu semua seperti itu? Kami ya kami, kami semua.
“Aku tak berharap semua orang bisa menerima ku apa adanya. Tapi paling tidak dapat memaklumi ku” pernah ku katakan kalimat itu. Seandainya kita sesama manusia saling memaklumi satu sama lain pasti semua tak akan seperti itu. Dan ujung-ujungnya orang yang seperti kami (orang yang selalu disalahkan dan selalu mengalah) cuman dapat melakukan satu kata ini “sabar”. Ku tersenyum sengit mendengar kata itu (lagi) apa kalian pikir bersabar itu mudah? Bahkan kalian yang mengatakan itu belum tentu bisa seperti ku yang dari kemarin sudah mencoba sabar. Lelah? Jelas karena aku bukan sekali atau dua kali melakukannya tapi berkali-kali.
Selalu ku ingat “Tuhan selalu berada di tengah orang-orang yang sabar” mungkin karena  Tuhan pikir kami sanggup oleh karena itu ia memberikan ini. Tapi Tuhan, kami rindu kedamaian yang dulu. Kami ingin keindahan hidup kami, bukan membuat hidup kami terlihat damai, sehingga semua orang tak tau bahkan sampai tak sadar bahwa sesungguhnya kami memikul banyak masalah di pundak kami. Lelah kami. Tuhan, apa ini begitu sulit bagi mu untuk mengabulkan do’a kami?
Kami tunggu kedamaian kami….
we miss it, young girl

No comments:

Post a Comment