pagiku dingin dan sepi
ragaku menggigil tiada henti
sang mentari tiada mampu hangatkan hati
serpihan berantakan yang tersakiti
indah nan mempesona
bayang bayang kisah lalu bersemburat dalam fikir
hitam nan kelam
mengais duri tajam yang hidup dalam fikir
ah bodoh
tak hentinya kumenangis
namun apa yang ku dapat?
luka yg smakin mengendap
semilir angin membawa tawaku
kabut pekat bekukan hatiku
hujan gerimis bak air mataku
langit kelabu itulah hatiku
hatiku layaknya dedaunan yg segar nan menggiurkan
namun tergerogoti oleh sang raja ulat
mulutnya bagai mesin penghancur
bulunya kian lama kian mematikan
lebih baik ku kering
jatuh dari pohon yang menopangku
terombang ambing angin tanpa tujuan
hilang termakan lapuknya zaman
No comments:
Post a Comment